Written by : Duhita Al-Hayyu .P
19:45
Alarm yang
menunjukkan bahwa waktu sudah pukul 7.00 berbunyi. Menandakan bahwa sudah
saatnya aku bersiap-siap dan bergegas ke kantor. Akhir-akhir ini, aku memang
selalu disibukkan dengan pekerjaanku yang semakin lama semakin berat saja.
Setelah siap-siap, aku bergegas berangkat ke kantorku.
Hari-hari
di kantor berjalan seperti biasa, tidak ada sesuatu yang terjadi. Aku
menyelesaikan pekerjaanku dengan sedikit terburu-buru karena aku hanya ingin
kembali ke apartemenku. Aku melirik jam emas yang melingkar di tanganku, waktu
sudah menunjukkan pukul 18.18, waktunya aku untuk pulang (jika tidak ada pekerjaan
lain yang harus diurus). Lagipula, aku tidak ingin ketinggalan subway hari ini.
Aku
sampai di stasiun subway pada pukul 18.23, tepat tujuh menit sebelum subway itu
berangkat. Aku selalu pulang pada jadwal subway yang sama. Pengumuman berkata
bahwa subway yang akan kutumpangi akan segera berangkat. Aku langsung berjalan
ke depan pintu subway, pintu itu terbuka. Saat melihatnya duduk disana, aku
langsung tersenyum. Ya, dia ada disana,
ditempat biasa ia duduk. Terlihat cantik dengan rambut panjang cokelatnya yang
digerai, ditemani oleh buku bacaannya. Aku suka memandanginya, melihatnya tenggelam
dalam bacaannya, tanpa memperdulikan suasana sekitarnya.
Pasti
kalian penasaran siapa dia? Ya, dia adalah alasan mengapa aku tidak ingin
tertinggal subway, alasan mengapa aku selalu pulang tepat waktu. Sudah 2 bulan
belakangan ini aku memperhatikannya, selama 2 bulan belakangan ini juga ia
telah menaiki subway dengan jadwal keberangkatan yang sama, yaitu pukul 18.30.
Dia
adalah gadis cantik bermata hijau, kulit putih dan berambut cokelat. Dari cara
berpakaiannya, sepertinya dia bukanlah karyawan di suatu kantor, mungkin dia
bekerja di suatu toko di pusat kota.
Aku
selalu memperhatikannya sepanjang perjalanan, dia tidak membosankan untuk
dilihat. Sepertinya dia tidak pernah menyadari bahwa aku selalu
memperhatikannya.
Pemberhentian berikutnya adalah tempat
dimana ia selalu turun. Saat dia turun, aku melihatnya menatapku. Dia tersenyum
padaku, ya, dia tersenyum padaku.
***
Aku masih belum bisa mempercayainya.
Sekarang sudah jam 2 pagi, dan aku masih belum bisa tidur. Biarkanlah, karena
besok hari libur, tapi itu berarti aku tidak bisa bertemu dengannya di subway.
***
Suara telepon yang nyaring membuatku
terbangun dari tidurku yang nyenyak. Siapa
yang menelponku pagi-pagi? padahal ini hari Minggu, batinku. Aku mengambil
telepon genggamku yang terletak disamping tempat tidurku. Ternyata masih pukul
06.50, dan ternyata yang menelpon adalah bosku. Ada apa dia menelponku pagi-pagi seperti ini? Batinku lagi, heran
dan sedikit panik. Akhirnya aku mengangkatnya
“Halo?”
“Pagi,
saya hanya ingin bertanya apa kau bisa datang lebih pagi ke kantor besok Senin?
Saya ada kabar gembira untukmu.”
“Wah,
kabar gembira apa Boss?”
“Sudah,
besok pagi saja ya”
“Oke,
saya tunggu besok pagi. Terima kasih”
***
Keesokan
harinya, aku bangun lebih pagi dari biasanya karena telah memiliki janji
terhadap bossku. Aku berangkat menuju kantor pada pukul 6.00, lebih pagi dari
biasanya. Aku mengunci apartemen kecilku yang terletak di pinggir kota ini.
Sepertinya orang-orang disini belum bangun dari tidur pulas mereka. Aku
bergegas pergi menuju stasiun subway yang terletak tidak jauh dari apartemenku.
Suasana pagi itu masih dingin dan sepi.
Aku memang selalu berangkat dan pulang dari kantorku dengan subway dan dengan
jadwal yang sama pula setiap harinya.
***
Aku sampai di kantor pada pukul 06.45.
Aku langsung menuju ke ruangan bossku.
“Pagi, boss” aku meyapa bossku yang
terlihat sedikit sibuk
“Pagi. Wah, ternyata kau sudah datang”
Kemudian Ia mepersilahkanku duduk
“Terima kasih. Ngomong-ngomong, ada
kabar gembira apa, boss?”
“Begini, saya memperhatikan pekerjaanmu
belakangan ini. Kamu selalu bekerja keras dan sangat rajin, hasil pekerjaanmu
juga meningkat pesat.”
“Wah, terima kasih. Lalu, apa kabar
baiknya, boss?”
“Setelah memikirkannya matang-matang,
saya ingin memindah tugaskan kamu ke USA untuk beberapa bulan, bagaimana?”
Aku sangat kaget sekaligus senang
mendengarnya, ini adalah sesuatu yang selalu aku inginkan, sesuatu yang sangat
besar. Tapi sebaliknya, aku malah sedih mengetahui bahwa kemungkinan aku tidak
akan pernah melihatnya lagi. Perempuan yang membuatku jatuh hati saat pertama
kali melihatnya.
“Bagaimana? Apa kau menerima tawaran
hebat ini?” Kata bossku, menyadarkanku dari lamunan sementara
“Pasti, pasti kuterima dengan senang hati
tawaran itu”
“Lalu mengapa kau terlihat sedih?”
“Tentu saja tidak, bagaimana mungkin
aku bisa sedih? Ini adalah hal yang selalu aku impikan sejak masuk perusahaan
ini”
“Tentu saja”
“Lalu, kapan aku berangkat ke USA?”
“Well,
kau punya waktu 3 hari lagi untuk melakukan apapun yang kau mau di kota ini”
3 hari
bukanlah waktu yang lama, aku harus segera menemuinya, batinku.
“Oke, terima kasih atas kabar
gembiranya, boss!”
“Selamat, ya! Pertahankan kerja
bagusmu”
“Baik, boss” Kataku tersenyum dan meninggalkan ruangannya.
Aku hanya duduk dimejaku sambil
memikirkan apa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Aku tidak punya
banyak pekerjaan lagi, jadi aku hanya diam sambil membereskan barang-barangku.
Jika aku bertemu dengannya nanti, aku akan berbicara padanya, batinku dengan
sangat yakin.
Saat jam sudah menunjukkan pukul 18.10,
aku meninggalkan kantorku dan pergi menuju stasiun subway. Aku menunggu subway
tiba dari kejauhan. Subway itu berhenti dan pintu subway tepat berada
didepanku. Hatiku berdegup kencang saat pintu subway itu terbuka. Dia ada disana, seperti biasanya. Aku
hanya memandanginya sepanjang perjalanan.
Waktu berjalan begitu cepat hingga
sudah tiba saatnya ia turun. Aku melihatnya keluar dari pintu subway, aku
sangat menyesal. Mengapa aku mengurungkan niatku untuk berbicara padanya? Aku
juga tidak tau, tubuhku terasa sangat kaku saat melihatnya.
Hari selanjutnya, aku tidak pergi ke
kantor karena aku membereskan barang-barang di apartemenku. Besok adalah
kesempatan terakhirku untuk mencoba berbicara padanya.
***
Aku berangkat menuju kantor seperti
biasanya. Saat sampai, aku langsung mengurus surat-surat dan dokumen-dokumen
penting untuk keberangkatanku besok pagi ke USA. Pesawatku akan berangkat jam 4
pagi.
Aku membereskan mejaku untuk yang
terakhir kalinya. Aku tidak boleh
melewatkan kesempatan terakhirku malam ini, batinku. Aku terus meyakinkan
diriku sendiri. 18.30, tidak boleh
terlambat.
Tiba-tiba aku merasakan ada yang
menepuk pundakku, dan aku tersadar bahwa aku tertidur selama ini!
“Hey! Mengapa kau tidak pulang? Ini kan
sudah larut malam, dan kau akan pergi besok” kata seorang rekanku
“APA?! Jam berapa sekarang?!” teriakku
kaget.
Aku langsung melirik jam tanganku….
18.25,
sial!
“Mengapa kau tidak membangunkanku
daritadi?!”
“Maaf, aku tidak tau kalau kau ada
urusan”
“Ah… sudahlah!”
Aku langsung mengambil barang-barangku
yang ada diatas meja dengan kasar dan berlari secepat mungkin menuju stasiun
subway. Aku terus berlari tanpa henti, tidak ada waktu lagi, ini kesempatan
terakhirku!
Aku sampai di stasiun tepat pada
waktunya, 18.30. Aku berlari menuju subway. Tetapi aku terlambat, pintunya
sudah tertutup. Aku hanya bisa melihat Subway itu berjalan pergi, membawa serta
harapanku pergi.
Aku sangat menyesal, mengapa aku tidak
mengajaknya berbicara saat pertama aku melihatnya? Aku hanya bisa terduduk
menyesal merenungi perbuatanku sebelumnya.
Apa yang bisa aku perbuat? Akhirnya aku
memutuskan untuk balik badan dan menunggu kereta berikutnya. Aku merasa gagal
dan putus asa.
Tapi………….
Disitulah aku melihatnya. Dia sedang
berlari, tepat di depan pintu stasiun. Sepertinya dia terlambat.
Aku berjalan menghampirinya. Dia
menatapku kaget, tapi kemudian senyum indah mengembang di pipinya. Aku tahu arti senyumnya, aku tahu bahwa
selama ini, dia tau bahwa aku selalu
memperhatikannya.
“Kau ketinggalan subway” Kataku padanya
“Ya, kau juga ketinggalan” jawabnya
“Bagaimana kalau kita menunggu Subway
berikutnya? Subway pukul 19.45?”
Dia
tersenyum.
THE
END
by Duhita Al-Hayyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar